نسيان/ nasiya yang artinya lupa dan memang manusia sering lupa atau tempat lupa. Dan karena lupa ini adalah sebuah fitrah manusia, maka kesalahan, kekhilafan, bahkan pelanggaran yang dilakukannya karena lupa, tidak dicatat sebagai sebuah dosa. Sekalipun hal ini berkaitan dengan ibadah khusus kepada Allah SWT semisal makan atau minum di siang hari
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Adalah benar manusia tempatnya tidak punya salah berarti dia bukan manusia entah apa namanya. Tapi yang paling salah lagi adalah manusia yang sedang dalam kondisi terpuruk baik dalam bisnis, financial, rumah tangga, pergaulan, dan saya katakan demikian? Kalau orang "susah" itu walaupun dia nggak ngapa - ngapain selalu ada aja salahnya di mata orang lain. Apalagi kalau dia punya salah,bisa habis dari ujung rambut sampai ujung kaki ditelanjangi di muka umum. Segala keburukan, kelemahan, akan jadi bahan pembicaraan yang sangat mengasyikkan bagaikan sinetron kejar tayang. Ketika orang " susah" datang berkunjung terkadang disambut dengan perasaan was-was oleh tuan rumahwah..apalagi ini? Sedangkan orang yang sedang "berada" atau mapan adalah manusia yang selalu benar dalam segala hal.walaupun dulu mereka tidak dianggap sebelum pundi-pundi uangnya terisi Jangankan berbicara mohon maaf,kentutnya aja disukai banyak orang.. he ..he..he...Jadi kesimpulan saya kalau ingin dianggap benar jadilah "berada" atau mapan, takutlah hanya kepada uang karena uang bisa menjadikan manusia merasa seperti Tuhan yang dapat memutuskan baik buruknya perilaku orang lain. Lihat Sosbud SelengkapnyaJAKARTA - Al-Insaanu Mahallu al-khatha` wa al-nisyaan Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Ungkapan di atas menjadi pertanda bahwa sesungguhnya, tak ada satu pun manusia yang ada di dunia ini luput dari kesalahan atau tak pernah berbuat Muhammad SAW, sebagai seorang Nabi yang telah dijaga kesalahannya oleh Allah al-Ma'shum dan diampuni dosa-dosanya, pernah melakukan kekhilafan. Salah satunya sebagai berikut. Saat Rasulullah SAW sedang menerima tamu para pembesar Quraisy dan sedang berbincang-bincang, tiba-tiba datanglah di hadapannya seorang laki-laki buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Laki-laki ini bermaksud menanyakan sesuatu kepada Rasulullah beliau merasa tidak 'suka' dengan kedatangan Ibnu Ummi Maktum ini sehingga beliau terlihat bermuka masam. Atas sikap Rasulullah SAW ini, Allah lalu menegurnya melalui firman-Nya dalam surah 'Abasa [80] para nabi dan rasul lainnya juga pernah berbuat kekeliruan. Misalnya, Nabi Adam memakan buah khuldi, Nabi Yunus meninggalkan kaumnya, Nabi Musa membunuh lelaki keturunan Bani Israil, dan lain sebagainya. Ini semua menunjukkan bahwa manusia memang tempatnya salah dan keliru. Bila diperhatikan, kata 'manusia' yang dalam bahasa Arab berasal dari kalimat nisyan dengan jamaknya Al-Insaan memiliki makna pelupa. Hal ini menunjukkan bahwa pada prinsipnya manusia itu suka lupa, lalai, salah, dan khilaf. Karena itu, benarlah bila dikatakan, manusia itu tempatnya salah dan besarBila berbicara masalah dosa dan kesalahan, manusia tentunya pernah berbuat dosa yang kecil dan dosa besar. Dosa-dosa atau kesalahan yang diperbuat itu antara lain adalah berdusta berbohong, memasang duri di jalan, mencuri, meninggalkan shalat, tidak menunaikan zakat, enggan melaksanakan haji walau sudah mampu, menggunjing ghibah, korupsi, berzina, memakan harta anak yatim, dan lain sebagainya. Di antara perbuatan tersebut terdapat dosa-dosa besar dan saja dosa-dosa besar itu? Berapa banyak jumlahnya? Para ulama berbeda pendapat mengenai dosa-dosa besar itu. Ada yang mengatakan jumlahnya tujuh, 70, hingga 700. Menurut Ibnu Abbas RA, dosa besar itu ada 70 dan jumlah ini mendekati kebenaran daripada sebuah hadis yang disepakati oleh para ahli hadis muttafaq alaih, dosa besar itu ada tujuh. Rasulullah SAW bersabda, ''Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan.'' Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, ''Apa saja, ya, Rasulullah?'' Nabi menjawab, ''Syirik menyekutukan Allah dengan lainnya, membunuh jiwa manusia yang dilarang Allah selain dengan dasar yang dibenarkan oleh agama, memakan harta anak yatim, memakan riba, berpaling mundur saat perang, dan menuduh zina terhadap wanita-wanita terhormat. Mereka tidak tahu-menahu dan mereka wanita-wanita beriman.'' Muttafaq Alaih.Berkenaan dengan ini pula, Syekh Syamsuddin Muhammad bin Qaimaz at-Turkumani Al-Fariqi ad-Dimasqi asy-Syafii Adz-Dzahabi 673-748 H/1274-1348 M memetakan dosa-dosa besar dalam sebuah buku yang berjudul al-Kaba` kitabnya setebal 179 halaman tersebut, Adz-Dzahabi menyebutkan, ada banyak perbuatan dosa yang sering dan biasa dilakukan oleh manusia. Di antaranya terdapat perbuatan dosa besar. Dalam kitabnya ini, Adz-Dzahabi menuliskan sebanyak 70 dosa besar. Dan, ke-70 dosa besar itu antara lain adalah syirik menyekutukan Allah dengan sesuatu, membunuh, sihir, meninggalkan shalat, tidak mengeluarkan zakat, berbuka puasa di bulan Ramadhan tanpa uzur, meninggalkan haji di saat mampu, dan durhaka kepada kedua orang itu, yang termasuk dalam dosa besar juga adalah bermusuhan dengan sanak saudara, berzina, melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis homoseksual dan lesbian, riba, memakan harta anak yatim dan menzaliminya, berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya, lari dari perang, melakukan penipuan dan kezaliman kepada rakyat, sombong, bersaksi palsu, meminum khamar, berjudi, menuduh wanita baik-baik berbuat zina, dan curang dalam melakukan pembagian harta rampasan besar lainnya adalah mencuri korupsi, menodong, bersumpah palsu, berbuat zalim, melakukan pungutan liar pungli, mengonsumsi dan mengoleksi barang haram, bunuh diri, kebiasaan berbohong, hakim yang jahat, menerima suap menyogok, wanita bergaya laki-laki dan sebaliknya, serta suami yang acuh tak acuh dengan perbuatan buruk istri dan calo dalam kejahatan, mempermainkan pernikahan, riya, berkhianat, mengadu domba, ingkar janji, percaya kepada dukun dan paranormal, menyakiti tetangga, memanjangkan pakaian karena bangga dan sombong, menyakiti wali-wali Allah, berbuat makar, menyebarkan rahasia kaum Muslim, dan menghina sahabat Nabi SAW. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Selainhawa nafsu, ruhani manusia juga memiliki bagian lain yang diistilahkan Ibnu Sina sebagai an-nafs al-insâniyyah (nafsu insani), yang mencakup qalbu dan akal-pikiran. Qalbu menjadi sumber spiritualitas dan akal-pikiran sumber intelektualitas. Aspek ruhani inilah yang mendorong manusia pada aktifitas keilmuan, intelektualitas, keagamaan
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Ztgq1GwXktLOuEpq6PosFLpPatC7NLf6Afbh0v2gmYPh5MyBVEZlrg== Belumlagi jika menyangkut kepentingan banyak orang. Jadi, di dunia kerja, lupa dan sulit konsentrasi harus benar-benar dihilangkan paling tidak diminimalisir. 5. Makan dan Istirahat Sejenak. Meningkatkan konsentrasi salah satunya dengan mencukupi kebutuhan tubuh. Salah satunya adalah makan, minum, dan beristirahat sejenak. . 18 132 189 81 423 106 125 308